Mau Support @gopalenong ?

Gebetan Ke Dua, Dhea



Waktu itu Bulan Ramadhan, gue bukber di rumahnya si Irfan. Bersama anak-anak 8D yang lain. Kelas 8 ini gue kembali menjadi maho, kembali bertemu dengan kelas yang isinya batangan semua. Kelas 8D yang isinya cowok semua. Gue coba berjalan melewati jalan yang gelap. Karena jalan ke rumah Irfan agak angker, karena cluster Irfan adalah cluster yang baru, karena cluster Irfan baru satu dua kepala keluarga yang tinggal di sana. Jadi kalau jalan-jalan gue agak takut.

Waktu itu gue jadi jomblo yang cukup bahagia. Karena banyak temen gue yang bisa nutupin kesepian gue. Sampe suatu ketika hal kampret terjadi.

“Eh, gue punya nomor cewek cakep loh!” Teriak Barra, temen sekelas gue. Seharusnya gue gak boleh percaya dulu sama anak yang tingginya se dada gue, kalau gue pelukan sama dia mungkin dia keenakan.
 “Yang bener?! Gue minta dong!” Manusia benga yang langsung mengambil tindakan bego, gue.
“Nih nomornya....” Barra nunjukin nomor cewek yang katanya cakep ke gue, gue langsung nyalin ke hape butut gue.
“OK! Gue sms!”
“Yah gak gantle lu! Telpon dong!”
“Yeh! Lu kata gue cowok apaan? Gue bukan gak gantle, gue orangnya pemalu.” Gue ngeles.

Mulailah percakapan binal gue sama itu cewek. Taktik jitu gue, yaitu sok salah kirim SMS ke cewek itu biar dapet perhatian dari dia berhasil. Begonya, gue ketagihan sampe gue gak tau namanya siapa dan udah punya cewek apa belum.

“Ini Vina ya?”
“Vina? Saya Dhea! Ini siapa ya?”
“Oh maaf salah kirim sms.”
“Oh oke..”
“Lu Dhea ya? Gue Boim, anak kelas 8D temennya Dhean.” Yang gue tau, dia mantannya Dhean. Hoki ya, namanya samaan gitu Dhean sama Dhea. Kalo Boim kayaknya gak ada samaanya, berarti gue jones dong. Ekhm maksud gue berarti emang gue cocok jadi single, untuk sementara ini.

“Oalah, temennya kak Dhean ya, ada apa kak?”
“Jangan manggil gue kakak!”
“Emang kenapa kak?”
“Yaa soalnya gue gak mau diliat tua aja.”
“Oh oke Im! Hahahaha!”
“Lu lagi di mana?”
“Gue? Di rumah lah kak, masa di jamban!”
“Yeh gue nanya baik-baik malah diledek, kampret!”
“Biarin, lagian ada apa sms gue?”
“Iseng aja.”
“Jeh...”

Setelah itu sms berakhir, pada hari itu. Hari demi hari gue texting terus dengannya. Gue makin kenal dia dan dia makin kenal gue. Sampe pada hari gue menyatakan cinta gue dateng, masih lewat text karena gue masih phobia (pholos-pholos biadab).

“Ehh, Dhea?”
“Ada apa, im?”
“Gue boleh ngomong gak?”
“Gak boleh!”
“Oh, yaudah deh.”
“Jiah lagian ini kan sms, gak bisa ngomong lah, bisanya texting!”
“Oalah, yaudah gue boleh texting sesuatu gak ke lu?”
“Yaudah apa?”
“Hmmm.” Saking banyaknya pulsa, kata hmmm aja gue texting ke dia.
“Ada apa, Im?”
“Gue suka sama lu.”

Dia gak bales untuk beberapa saat. Gue galau, dia bingung karena ini mendadak mungkin. Gue dari SD belum bisa ngomong langsung di muka cewek. Yang ada kalo ngomong gue kencing di celana, pala mulai pusing, dan akhirnya gue harus diopname selama 3 hari karena mengalami pendaharan di idung.

“Itu serius, Im?”
“Iya..”
“Oh..”

Ini yang gue gak demen, jawabnya cuman oh, udah kayak orang kaya yang pulsanya ada se-jeti. Kasian bagi mereka yang tidak punya paket sms 1 rupiah per karakater atau 5 kali sms dapet bonus sms sebanyak 10000 sms, 9800 ke sesama 200 ke semua operator. Kasian mereka para fakir pulsa, beruntung bagi mereka sang operator provider yang untungnya bisa jeti-an.

“Terus gimana?”
“Ya gimana gimanya?”
“Ya jawabannya?”
“Emang harus sekarang apa?”
“Ya enggak juga sih.”
“Wahahaha gak usah ngambek kak.”
“Siapa yang ngambek?”

Gue gak tau kenapa dia bisa nebak kalo sms gue tadi ngambek. Mungkin karena kita udah lama smsan jadi emosi tiap sms bisa dibaca oleh gue ataupun dia. Tapi gak menutup kemungkinan dia seorang intel yang melihat gue dari satelit luar angkasa. Atau mungkin juga dia seoarang dukun kelas kakap yang “kampretnya” ngawasin gue di pojok kamar.

“Hehehe. Maaf kak?”
“Hah?! Kamu minta maaf kenapa? Kamu nolak?”
“Bukan itu kak, gue gak mau pacaran dulu.”
“Oh, jadi jawabannya?”
“Ya gitu kak.”
“Gitu gimana??”
“Ya udah.”
“Hehehehe.” Gue tersipu malu.

Cewek kaya gini biasanya tipe cewek yang gak suka diboongin. Gak suka disuruh suruh. Gak suka dicaci maki. Gak suka dicabuli. Gak suka dimodusin. Gak suka diduain. Gak suka dihianati. Lagian juga, mana ada cewek yang mau digituin?

Dari kelas 8, akhirnya gue dapet gebetan baru. Seperti biasa, banyak yang bocor dari rahasia rahasia di area Asy-Syukriyyah tentang relationship. Karena di Asy-Syukriyyah ini dilarang keras yang bukan muhrim mempunyai hubungan khusus, bukan hubungan intim. Kalo hubungan intim bukan Asy-Syukriyyah doang yang ogah. Sekolah manapun bakal ngelepeh kalo ada anak yang berani berhubungan intim.

Kabar ini terdengar ke Gesya, mantan gebetan gue yang pergi ninggalin gue lantaran gue terlalu bego soal pendekatan. Dia menanggapinya dingin, bahkan dia sering mengupdate status di facebook tentang hubungan gue sama Dhea. Antara cemburu karena mantan gebetannya bunya gebetan baru. Atau jangan-jangan dia kesel karena mantan gebetannya pengen nyusul.
 
 Masih di Asy-Syukriyyah, akhirnya gue naik kelas. Kelasnya 9C. Tahun ini, semua angkatan berkelas normal. Di mana ada batang, di situ ada lobang. Ada cewek dan ada cowok. Tapi ada sedikit yang betein. Gue dapet kelas yang kata guru-guru terpinter. Karena 9C adalah pencampuran antara 8D yang lebih pinter (berarti gue juga lebih pinter) dari yang pinter dan 8C yang juga lebih pinter. Ini berarti anak 8 maho bercampur dengan 8 lesbi yang melahirkan kelas 9C. Kampretnya, gue sekelas kembali bersama Gesya. Inilah awal dari gue membeci kelas 9.

0 Komentar:

Posting Komentar

Tempat Tinggal

My First Girlfriend


Perjuangan pencarian si @gopalenong dalam mendapatkan pacar pertamanya.

Entri Populer